Friday, January 20, 2012

Ava. Weaning With Love (?)


Awalnya aku mengira (dan mungkin jutaan ibu menyusui lain juga merasakan hal yang sama), sebelum semua ini terlalui dengan sempurna, kalau proses weaning a.k.a sapih bakal menjadi momen penuh kehebohan, rempong dan drama. Dan ketiga diatas itu memang benar.

Sebelum resmi memulai weaning, aku biasanya menggoda si Ava, sambil tunjuk gentong, "eh ini udah gak enak lho, gak ada yang keluar lagi,hiii..." kalau aku mikir dia bakal kemakan omonganku itu salah besar. She's shock, at first. Then, "eeey,utti." sambil nyengir dengan santainya nenen. Karena waktu itu dia belum genap 24 bulan, aku santai.

Tapi sehari sebelum dia umur 2 tahun, mamaku sudah heboh nyuruh segera beraksi.

Day one :

- pulang kantor aku kasi tau Ava kalau dia udah gak boleh nenen. Dia protes, minta diperlihatkan gentongnya, dan dengan refleknya aku bilang "serius ini udah gak enak, Va. Kalo lama-lama kamu mimik, nanti pedes lo yang keluar." Dia mewek, kayaknya udah ngerasa emang sudah saatnya dia lulus nenen emaknya. Dan dia juga lebih dari tahu kalo gentongnya udah gak produksi dengan maksimal. Sukses sampai dia ketiduran (tentu malem banget karena nunggu dia ngantuk), Ava gak nenen. Tapi dia suka kebangun malem-malem. Sambil sama-sama kriyep-kriyep (halah bahasanya, pokoknya setengah sadar), "lo tadi kan gak enak,hiii.." dia nangis keras banget sambil monyong-monyongin mulutnya. Aku luluh deh, dan waktu itu super ngantuk. Aku biarin dia nenen.

Day two :

- pulang kantor, aku putusin pasang plester di 'itu'. Sekitarnya doank, soale aku gak mau kesakitan pas ngelepas nanti. Si Ava aku kasih tunjuk, dia pasang tampang jijik ngeliatnya. Tapi kemudian nelangsa, dan nangis keras-keras, seisi rumah rempong. Hati emak ini rasanya hancur liat dia sakit hati mengetahui kenyataan harus lepas nenen. I hesitated, many times. Mama dan suami yang paling banyak ngasi tau (lebih tepatnya sambil mendelik hehe), something like, "kalo kelamaan, ntar malah lebih ribet," "biarin, semua bayi kalo disapih ya kayak gitu." Jadi mereka juga rela rempong gendong-gendong mendiamkan Ava. Malamnya waktu bobo, dia kebangun. Mungkin masih sakit hati, dia gak minta nenen. Tapi imbalannya, aku dipelototin (yup,sambil ngantuk gitu dia), gentong ditendang dan semua-muanya yang bisa seorang bayi 2 tahun lakukan untuk protes. Sampe dia pegel-pegel sendiri dan ketiduran lagi.

Day three :

- masih dengan plester terpasang (tentu tiap mandi ganti dengan yang baru ya, sakitnya luar biasa sodar-sodara), Ava udah mesem-mesem liat aku. Dia kayaknya udah ogah protes, tapi sesekali dia pengen liat ex-gentongnya. She smiles brightly, "hiii....yeekkkk." Aku dan dia ngakak sama-sama. Malamnya waktu tidurpun dia udah bisa tidur sendiri, dramanya udah nyampe antiklimaks.

Hari-hari selanjutnya sampe hari ke-enam, dia sukses tidur sendiri tanpa perlu heboh. Bahkan dia minta bobo langsung di kasur, gak perlu ritual gendong-gendong nina bobo lagi. Tapi seminggu penuh itu, dia selalu tidur tengah malem. Karena susu sapi gak bisa bikin dia tidur.


Dampaknya, mungkin hampir sama dengan batita lain dimana-mana. Lepas nenen, si Ava lebih banyak nyemil, susu sapi juga lebih banyak dihabisin dari hari sebelumnya. Siapapun dirumah yang pegang makanan, dia juga harus ikut nyicipi, kalo bentar dia gak ngunyah sesuatu, pasti minta makan nasi. Alhamdulillah.  Kendati badannya ya masih imut-imut gitu. All's well that ends well.

Kadang aku sempat berpikir apa ini yang namanya weaning with love, karena tanpa sadar kita 'sedikit' nipu si anak. Tapi dalam tipu muslihat itu aku sebisa mungkin menjelaskan kenapa dia harus menyatakan lepas dari nenen ibunya. Ngerti gak ngerti, setidaknya di hati dia tahu jika menyusui lewat gentong original itu gak bakal bisa selamanya ia jalani. Dan sambil mengatakan tipuan itu aku selalu ngasi alasan dengan bahasa semudah mungkin yang bisa ia cerna. Hope so. Karena proses weaning ini melibatkan 2 pihak. Si Ava dan aku, emaknya. Buat Ava ini proses perkembangannya yang masih harus berlanjut, berharap dengan sapih ini dia ngerti sepedih apapun farewell to gentong had to be, she must through it. Buat aku (khususnya kecengeganku), kesadaran kalau Ava terus berkembang, dan kekuatan yang harus aku miliki untuk benar-benar melepas dia, melepasnya dari adegan seorang ibu dan bayinya sedang menyusui, adegan paling indah di seluruh dunia a painter could get (mewek lagi deh). Dan gak selamanya seorang ibu bisa 'melindungi' anaknya dengan cara itu. Setidaknya sekarang, emak ini akan melindungi dengan cinta, dan semuanya selain itu. Dan tentunya, keuntungan bagi emak ini, say goodbye to baju bukaan depan, dan welcome kaos-kaosku yang dua tahun ini cuma bisa terlipat rapi di lemari kelamaan bau kamper haha :)

Tapi tentu ini juga salah satu tuntunan sunnah Nabi yang kalau tidak dilaksanakan bakal merugi (ada tanteku yang nyusuin anaknya sampe 3 tahun lo, karena katanya ASI dia buanyak banget). I mean, that's not the point actually.

0 comments:

Post a Comment